1. PENDEKATAN
BEHAVIORISME
Pendekatan ini
melihat proses belajar sebagai proses terjadinya hubungan antara stimulus /
rangsangan dengan respon / jawaban / antara respon dengan penguatan /
reinforcement
Pendekaran ini
menekankan pada unsur diluar diri individu (lingkungan yang memberi rangsangan)
2. PENDEKATAN
KOGNITIF
Pendekatan ini
melihat proses belajar tidak semata-mata hasil hubungan stimulus – respon
tetapi lebih merupakan hasil dari kemampuan individu dalam melakukan
fungsi-fungsi psikologis seperti konsep dan ingatan.
Jadi pendekatan
ini menitik beratkan pada potensi diri individu.
KELOMPOK
TEORI BELAJAR
Ä Behaviorisme
menghasilkan teori belajar Operant Conditioning dipelopori SKINER yang
menyatakan perbuatan belajar melibatkan 3 tahap.
1. Hadirnya
stimulus
2. Perilaku
atau behavior yang lahir dari individu
3. Penguatan
atau reinforcement yang mengikuti perilaku tersebut.
Ä Pendekatan
kognitif melahirkan teori belajar Intrumental Conceptualism dipelopori BRUNER
yang menyatakan belajar bukan semata merupakan unit perilaku yang pasif yang
terlahir akibat stimulus, tetapi merupakan suatu proses dimana individu sendiri
sengaja membuat hal itu terjadi melalui proses menerima dan mengguankan
informasi serta menggunakan prinsip dan hukum dan mnerapkankannya.
Ä Gagne
menyatakan memang belajar dipengaruhi oleh dua hal yakni dari dalam individu
dan diluar individu yang saling berinteraksi, jadi pandangan ini bersifat
elektif (perpaduan) dari esensi pandangan Behaviorisme dan Kognitif.
Ä Gagne
memerinci proses belajar menjadi 8 jenis
belajar :
1.
Signal Learning / belajar isyarat
ialah melakukan / tidak melakukan sesuatu dengan memahami tanda / isyarat,
misal berhenti bicara karena mendapat isyarat telunjuk menyilang mulut,
berhenti mengendarai sepeda motor diperempatan jalan pada saat lampu merah
menyala.
2.
Stimulus Response Learning belajar
terjadi pada diri individu karena ada rangsangan dari luar.
3.
Chaining Learning (belajar
rangkaian), belajar terjadi melalui perpaduan berbagai proses stimulus respon
yang telah dipelajari sebelumnya sehingga melahirkan perilaku yang segera atau
spontan.
4.
Verbal Assosiation Learning (belajar
asosiasi verbal) belajar terjadi apabila
individu telah mengetahui sebutan bentuk ia dapat menagkap makna yang bersifat
verbal.
5.
Discrimination Learning (belajar
diskriminasi) belajar terjadi bila individu berhadapan dengan benda, suasana,
atau pengalaman yang luas dan ia mencoba membeda-bedakan hal-hal yang jumlahnya
banyak itu.
6.
Concept Learning (belajar konsep)
belajar terjadi bila individu berhadapan dengan berbagai fakta / data yang
kemudian ditafsirkan kedalam suatu pengertian / makna yang abstrak.
7.
Rule Learning (belajar hukum /
aturan) belajar terjadi bila individu menggunakan beberapa rangkaian peristiwa
/ perangkat data yang terdahulu / diberikan sebelumnya dan menerapkan / menarik
kesimpulan menjadi suatu aturan.
8.
Problem Solving learning (belajar
pemecahan masalah) belajar terjadi bila individu menggunakan berbagai konsep
atau prinsip untuk menjawab suatu pertanyaan.
Pemecahan masalah selalu jamak dan satu
sama lain selalu saling berkaitan.
Kesimpulan
Ä Belajar
pada dasarnya merupakan peristiwa yang bersifat individual, yakni peristiwa
terjadinya perubahan tingkah laku sebagai dampak dari pengalaman individu.
Pengalaman dapat berupa situasi belajar yang sengaja diciptakan oleh orang lain
/ situasi yang tercipta begitu adanya.
Ä Peristiwa
yang terjadi karena dirancang orang lain diluar individu sevagai pembelajaran
inilah yang disebut proses pembelajaran.
Jadi proses belajar ditandai oleh
berubahnya perilaku individu sebagai pembelajar, sedang pembelajaran ditandai
oleh terciptanya suasana dan lingkungan belajar yang dirancang oleh orang lain
untuk kepentingan perubahan perilaku pebelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar